HATIKU TERBUJUR KAKU MENGHADAP CINTA

Ketika kutemukan tulang rusukku yang hilang
Aku mencintaimu seperti dari semenjak aku berlatih memakai seragam TK kebanggaanku, yang bahkan aku belum bisa menghitung ada berapa lubang kancing di bajuku
Aku telah sampai pada momentum yang benar-benar menjelmakan kebahagiaan berbinar. Memasung himpitan tanda tanya yang selama ini bersembunyi di saku belakang celanaku.
Disini aku akan berbicara mengenai cinta yang barusaja kuangkat dari jemuran di belakang rumah. Masih sangat wangi. Masih sangat lembut. Hangatnya sinar matahari masih tertidur disana.
Aku masih gemar menempatkan kerinduanku pada cinta yang bahkan aku tak kuasa untuk menyetrikanya lalu ku kenakan bersama dengan stelan celana trenengku yang mempunyai tiga lubang besar dan satu tali kolor yang ujungnya sudah tak setuju dengan adanya otonomi khusus. Aku takut ia tak wangi lagi, lalu membuatku keseringan untuk mencucinya. Aku sangat takut banyak orang membeda-bedakan antara indahnya penutup atasku dengan celana kolor yang sudah sedikit kendor.
Apakah benar-benar aku sedang merajalela? Saat pengembaraan panjangku hinggap pada lautan yang birunya bersenandung kasmaran? Apakah aku yang sekarang telah bermatapencaharian cinta, hingga aliran darahku pun wangi dibuatnya?
Aku mengharapkanmu seperti saat kuingin ibuku membelikan sepatu baru untukku, sepatu yang jika aku berjalan bisa ada iramanya dan menyalakan lampu-lampu warna pelangi.
Dari dulu aku selalu berbagi dengan mimpi di malam hari. Dengan menyimpan hati yang seperti lampu menyala, lalu kugunakan api itu sebagai penunjuk jalanku menuju pada pelengkap tulang dada.
Aku tak hanya ingin bernostalgia. Yang bahkan tak mampu menyentuhkan puisi indahku pada sepotong wanita dengan berbaju mahabbahku. Namun aku akan membelah kejujuranku. Aku akan mengatakan kalau hatiku tak sekedar mencumbuinya dalam waktu yang sementara saja. Aku benar-benar ingin menyongsong misteri indah ini sampai ragaku tak lagi bisa bersatu dengan nyawanya.
Akan kutuntut hak yang luar biasa ini. Aku sungguh hanya ingin melihatnya dari jarak yang dekat. Aku ingin selalu menyelipkanmu dalam puisi-puisi yang kubuat tiap malam.
Aku tak lagi marah pada sepi., yang demikian ini sudah membuatku meradang pada senyum yang sudah lama tak ada rekahannya pada hati ini.
Aku masih mengharapmu seperti saat aku memelihara kelinci kesayanganku, lalu kelinci itu akan kuanggap sebagai sebuah fantastis yang selalu saja bisa membaluriku dengan keluguannya.

Baca selanjutnya ..
trik menulis dalam berbagai keadaan

Menembus Pikiran Keruh

Sebagian Penulis tentu sangat yakin, bahwa ide menulis ada dimana-mana, kapan saja dan tak terbatas jumlahnya. Ide tulisan, tidak bersifat positip atau negatif, ide tulisan itu netral. Oleh karena itu, ide tulisan, tidak bisa dihakimi dan tidak bisa menghakimi, tidak bisa dinilai baik-buruknya, bahkan ide tulisan adalah lautan tak bertepi. Ide tulisan adalah fikiran kita sendiri, lebih jauh lagi, ide tulisan adalah diri kita sendiri. Descartes bulang, aku ada Karena aku berfikir, aku berfikir karena aku ada.Munculnya sebuah ide, karena indra kita bekerja. Para pakar, mengatakan bahwa alam sekitar yang dipantau alat indera, informasi bacaan, atau proses responsif di ranah otak memantik hal-hal baru, yang kalau dimatangkan menjadi tulisan.
Ide menulis, yang jumlahnya tidak terbatas, datang kapan saja, dan ada dimana-mana itu, tidak akan menjadi alasan untuk mengatakan bahwa kita kehilangan ide dan kekurangan ide. Yang sering terjadi adalah kita diganggu oleh fikiran kita, yang tidak mampu memilih-memilah, mana ide yang akan ditumpahkan. Fikiran kita memagarinya dengan sangat kuat. Pagar besi pikiran itu mulai dari pemilihan kata (diksi) yang tepat, sampai teori-teori penulisan yang njlimet. Faktor yang dianggap klasik, adalah tidak adanya kemauan untuk menulis dan persepsi tentang menulis itu sendiri.
Setiap teman, yang saya temui, berkeinginan kuat untuk menulis, apalagi tulisannya mendapat penghargaan dari orang lain, dimuat di media massa lagi. Menjadi penulis adalah mimpi semua orang. Apalagi kalau teman-teman saya mendengar, bahwa dengan menulis akan mendatangkan penghasilan besar. ”Wuuuih ?”, buru-buru cari komputer dan menulis. Aneh bin ajaib, ketika sampai di depan komputer, duduk manis sambil menarik nafas panjang, seketika itu juga, ide menulispun hilang bersama hembusan nafas panjang tersebut.
Menimbang dan seterusnya, memperhatikan dan seterusnya, memutuskan, menetapkan dan seterusnya, bahwa sumber ide itu tak terbilang. Ketika melihat sesuatu akan muncul ide, apa yang kita lihat. Ketika kita mendengar sesuatu, muncul ide, apa yang kita dengar. Ketika kita merasakan sesuatu, muncul ide, apa yang kita rasakan. Ketika kita mencium sesuatu, muncul ide, apa yang kita baui. Ketika semua itu dijadikan tulisan, bisa muncul ide di atas ide. Proses kegiatan operasional otak yang dibarengi bagian-bagian raga, juga sentuhan perasaaan dan naluri, adalah sumber ide.
Kemudian, kenapa kita nggak bisa menulis ide tersebut. Padahal tinggal nuangin aja di dalam kata-kata, gitu aja kok repot. Tapi, kenyataannya memang kata-kata yang lahir dari sebuah ide, seketika membeku, dingin bagai es batu. Sulit tumpah. Menunggu kata-kata itu mencair, mungkin baru bisa dituang di layar komputer. Namun, pengalaman seperti ini menjadi sesuatu yang biasa bagi sebagian besar kita, yang hasratnya menggebu-gebu menulis. Lantas, kita meringkuk sendirian di penjara pikiran, dan mimpi-mimpi indah menjadi penulis hanya menggumpal di batok kepala kita yang keras. Keruh, tidak jernih lagi. Buntu, tidak ada lagi jalan lurus.
Kalau saja kita mampu sedikit menemukan jalan keluar, mungkin nggak ada jalan lain, kecuali terus menulis, menulis dan menulis. Nulis apa aja, yang penting menulis. Tetapi, coba saya hitung, siapa-siapa saja yang mampu menjalaninya, tanpa rekasa, memaksa, terpaksa dan nelangsa ?. Sepertinya, buah meng-kudu rekasa, meng-kudu maksa, meng-kudu nelangsa, dan satu lagi meng-kudu bisa, harus dimakan mentah-mentah, supaya sehat dan kuat gituuu lhooo ?. Nemu aja lagi, ya ?.
Ayo, sekarang, siapa yang bisa menulis, ketika anak-anak merengek minta dipijitin, istri uring-uringan gara-gara melupakan makan malam, tagihan telepon membengkak, tagihan-tagihan hutang dah jatuh tempo, nggak punya duit lagi, nggak berani ngangkat HP. Trus, tagihan listrik sejak bulan lalu nunggak, teman-teman dikantor tidak bersahabat, motor dah tiga bulan blom bayar pajak, Ortu butuh biaya berobat, teman yang menghutangiku SMS balik ke HP saya, yang berisi kalimat tentang janji saya mau melunasi pinjaman hari ini, uang kursus anak blom kebayar, tulisan yang dikirim ke media massa nggak ada balasan, tabungan cuma ada saldo 70 rebu, capek deeech ?. Masih satu paragraf lagi kalau ditulis disini. Saya nggak tahu, ini masalah internal apa masalah eksternal. Kalau dibilang masalah eksternal, pikiran saya kok jadi mumet. kalau saya anggap masalah internal, ya memang ini terjadi pada diri saya, bukan masalah tetangga saya.
Ujung-ujungnya, nanya ama teman saya, yang sudah jadi pejabat teras, ”gimana ya, kok jadi begini ?”. Teman saya bilang, ”Nggak tahu ?”. Tapi saya pengen bisa menulis, meskipun masalah-malasah ini tetap eksis ?
”Coba gunain jiwa, kalau menulis.” kata teman saya.
”Gimana, gunainnya, sementara saya belum berteman dengan, nyang mana daripada jiwa.”
”Semua, yang kamu sebut masalah, datang dari pikiranmu sendiri. Jadi, gimana kalau dilupain dulu.”
”Mana bisa, atuh !, aya-aya wae kang ?”
”Harus bisa ! kalau nggak bisa, silahkan aja hidup dalam lumpur penderitaan !”
”Jadi, gimana dooong ?”
”Lupakan semua, yang ada di kepalamu, pikiran yang menjadi masalahmu. Trus, jadikan dirimu tenang, semakin tenang, semakin banyak tenang, dan tenang sepenuhnya !”
”Jangan, menghipnotis begitu, dong ?”
”Ya, sudah, kalau nggak mau dihipnotis !”
”Oke, oke, aku mau, sepertinya nikmat juga, dihipnotis. He .. he .. he .. ?”
”Oke, siap !” Perintahnya.
”Siap, kang ?”
”Pertama-tama, pejamkan mata, hembuskan nafas, sampai habis dari bibir yang sedikit di monyongin. Biar udaranya sedikit-sedikit keluarnya. Kalau sudah, tarik pelan-pelan udara di depanmu, pake lubang hidung, masukkan ke dalam diafragma, dibawah paru-parumu, sampai penuh. Kemudian, keluarin pelan-pelan juga, udara yang tadi ada di bawah paru-parumu, sampai habis. Lakukan ini, minimal tiga kali aja.”
”……. oke, sudah.”
”Sekarang, ulangi lagi pernafasan tadi, sampai tiga kali, mainkan pikiranmu, seakan-akan kamu sedang menulis di depan komputer, terus lakukan sampai kamu menemukan ide untuk menulis lagi.”
Dengan khusuk, saya menikmati nafas yang keluar-masuk dalam paru-paruku. Ketenangan, kedamaian menyelimuti ruang dan waktuku. Dalam pikiran yang mulai damai, tergambar jelas, saya sedang menulis di depan komputer, dan menyelesaikan satu tulisan. Saya menjadi bangga dengan tulisan saya sendiri. Dan ketika ide menulis saya muncul, tersadar, mata kembali terbuka, teman saya itupun nggak tahu lagi, ada dimana.
*Penulis. Purwalodra. Email : antakusuma.purwanto@gmail.com

Baca selanjutnya ..
Artikel Sastra

Sastra Indonesia menuju era Mobile

Kita sadari atau tidak kita sadari, perkembangan dunia sastra Indonesia kini kian berkembang khususnya pada media penyampaiannya. Ditinjau dari sudut definisi, sastra itu sendiri adalah sebagai ciptaan atau sebuah kreasi yang merupakan luapan emosi dan bersifat otonom. Dari definisi yang diungkapkan diatas, tentu luapan emosi atau sebuah kreasi selalu membutuhkan media untuk menjembatani antara luapan emosi dengan sebuah kreasi yang baik sehingga dapat dinikmati hasil karya ciptanya. Berbicara tentang media penulisan, kertas adalah media yang paling sering kita jumpai dan semua orang sudah tentu sepakat, peran kertas dalam dunia penulisan sangatlah penting. Sebelum hadirnya kertas, dahulu orang menggunakan media yang dinamakan daun lontar. Media inilah yang dijadikan sarana menyampaikan pesan, pencatatan sejarah, cerita rakyat, ditulis dan dibukukan. Dahulu cerita berkembang dari mulut ke mulut seperti cerita-cerita rakyat (hikayat (dongeng, fable dan lainnya), pantun, puisi dan lainnya. Kita kembali ke zaman sekarang, dalam dunia penulisan sekarang ini sudah tentu berbeda dengan ratusan tahun yang lalu, kini kita mengenal dengan sebutan kertas. Melalui media kertas, kita bisa manfaatkan ke berbagai keperluan, contoh saja dalam penerbitan buku, kertas diolah sedemikian rupa sehingga jadilah sebuah buku. Dalam penerbitan media cetak harian, kertas diolah sedemikian rupa hingga berubah menjadi koran, ini disebabkan oleh tidak lain dan tidak bukan perkembangan teknologi pendukung untuk menghadirkan kemudahan-kemudahan dan kemudian mampu menciptakan sesuatu yang baru. Baik, mari kita sedikit menuju era 80-an. Para pemeran sastra sebelum hadirnya internet, bahkan jauh sebelum adanya teknologi internet yang seperti sekarang ini, mereka menggunakan media buku untuk menyampaikan maksud pesannya, menorehkan tinta pemikirannya, dan tentu untuk membuat sebuah karya yang gemilang. Hingga hadir media baru yang sangat memungkinkan untuk dijadikan ajang “torehan pena para penulis”. Ya, Anda benar. Pada awal tahun 1998 Internet mulai hadir kepermukaan dan mewabah sedemikan hebatnya. Seluruh bidang berlomba-lomba memanfaatkan teknologi ini, dan tidak terkecuali dunia penulisan. Internet, teknologi yang patut kita syukuri bersama. Betapa tidak, dengan media internet kita dapat membuka cakrawala seluas-luasnya. Di kalangan penulis, banyak media-media intenet yang dapat dijadikan tempat untuk menorehkan “tinta digitalnya”, antara lain milis atau biasa disebut mailing list, webforum, dan kini telah ketahui bersama telah hadir media yang luar biasa booming, ya, dia bernama BLOG. Media Blog pertama kali di populerkan oleh Blogger.com, yang dimiliki oleh PyraLab sebelum akhirnya PyraLab diakuisi oleh Google.Com pada akhir tahun 2002 yang lalu. Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat Open Source yang di peruntukan kepada perkembangan para Blogger tersebut. Blog mempunyai fungsi yang sangat beragam, dari sebuah catatan harian sampai dengan media publikasi dalam sebuah kampanye politik, program-program media dan korporasi. Sebagian blog dipelihara oleh seorang penulis tunggal, sementara sebagian lainnya oleh beberapa penulis. Banyak juga weblog yang memiliki fasilitas interaksi dengan para pengunjungnya, yang dapat memperkenankan para pengunjungnya untuk meninggalkan komentar atas isi dari tulisan yang dipublikasikan. Karena semakin banyaknya pengguna fasilitas blog dan seringnya para pengguna blog yang sering berkunjung ke blog lain, maka lazim dibentuk sebuah organisasi atau komunitas kumpulan blogger yang notabene mayoritas penggunanya adalah para penulis. Pada tahun 2002, merujuk pada data analisa APJII jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 4 juta lebih pengguna. Tentunya angka statistik di tahun 2007 tidaklah sama, ini menunjukkan bahwa telah mengalami perubahan fase media penulisan yang pesat. Baik, kini telah sampai kita pada tahapan akhir perjalanan jurnal ini. Beberapa perubahan-perubahan fase media penulisan telah kita lewati bersama. Mulai dari selembar daun lontar sampai media yang terbentuk dari angka “0 dan 1”. Masih ada satu media lagi yang belum booming di negeri nusantara kita ini. Apa itu? Ya, sekali lagi Anda benar, media itu adalah handphone. Mungkin anda bertanya-tanya bagaimana mungkin handphone mampu menjadi media baru untuk penulisan. Tentu saja mampu, handphone adalah perangkat yang sekarang memiliki tingkat kecerdasan setara dengan komputer pada lazimnya, bahkan handphone memiliki fungsi yang jauh lebih cerdas dari pada komputer biasa. Dengan handphone Anda mampu melakukan komunikasi jarak jauh, mengirim pesan jarak jauh, melihat lawan bicara pada layar ketika komunikasi berlangsung, dan tentu tak terkecuali membaca naskah atau tulisan melalui handphone. Seiring berjalan perkembangan teknologi, kembali telah terjadi “ledakan evolusi” media penulisan. Berbagai vendor handphone berlomba-lomba untuk membuat produknya menjadi yang terdepan. Dengan didukung oleh perangkat keras dan perangkat lunak yang dikolaborasikan sehingga memungkinkan handphone mampu menjadi sebuah media penulisan baru. Dalam fenomena ini sebuah perusahaan mobile content provider, NaskahMobile.Com mencoba untuk melengkapi dari fenomena fase transisi media penulisan dengan mengenalkan produk-produknya antara lain, MobiNovel, SMStory, SMSPantun, SMSPuisi, SMSTipsPenulisan dan SMSInfoPenulisan. Didukung oleh operator selular, penyedia teknologi content provider, para penulis dan vendor handphone, naskahmobile.com bersama-sama mencoba untuk turut andil dalam mewujudkan handphone sebagai salah satu media penulisan masa depan. Dengan melihat jumlah pelanggan selular di Indonesia sepanjang 2005 silam sudah mencapai 45 juta orang, jika pengguna di dunia ada 1,5 miliar orang! Sedangkan di tahun 2006 diperkirakan ada 59 juta orang dan 2007 ada 73 juta orang sedangkan pengguna didunia ada 2 miliar orang.[18] Tentunya ini adalah angka yang menakjubkan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah pengguna handphone dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan ini sekaligus menunjukan semakin kuat bahwa memungkinkan handphone menjadi media penulisan, ya, dan tentunya media penulisan paling “compact”. Pada realitasnya untuk saat ini, media handphone belum lazim digunakan untuk media penulisan. Akan tetapi perlu diingat bahwa teknologi akan selalu berubah dan berkembang, dan hanya tinggal menunggu waktu saja saatnya handphone bisa menjadi perangkat yang dapat dijangkau oleh kalangan manapun. Jika handphone sudah menjadi perangkat yang terjangkau maka tidak menutup kemungkinan, handphone menjadi media penulisan yang tercepat dalam hal penyebaran dan publikasi karya sastra Indonesia. Pada kesimpulan akhir jurnal ini, dari analisa perubahan fase media penulisan dari waktu ke waktu, dan data pengguna media penulisan tersebut, maka handphone dapat dikatakan akan menjadi media penulisan di masa depan. dengan alasan pilihan; merupakan media yang saat ini hampir semua orang memiliki Telepon Selular, perkembangan update teknologi dari Gadget dan infrastuktur selular sangat cepat bahkan hampir melampaui perkembangan internet sekarang ini. Lets bring into reality…Indonesian Literature Goes to Mobile! (*)

Baca selanjutnya ..
Berbisnis dalam keseimbangan alam

Negosiasi dengan Tuhan

ORBIT alam semesta adalah teladan terindah konsep keteraturan. Ia adalah sistem yang dipelihara Yang Maha Kuasa, dalam kesatuan mekanisme yang tertata penuh keseimbangan. Rangkaian siklus kehidupan semesta raya usai proses penciptaan oleh-Nya. Ia yang secara sunatullah selalu terjaga dalam mekanisme kesempurnaan. Inilah Well Organized Principle, yaitu kemampuan untuk membuat sebuah mekanisme terpelihara dalam garis orbitnya.
Tanpa sadar, seringkali kekurangdisiplinan mengabaikan kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan. Saat keberhasilan mengupayakan kebaikan pada klien, kita alpa pada kebaikan selanjutnya, yang harusnya terus dipelihara dan ditingkatkan. Inilah alasan mengapa kunci Well Organized Principle adalah kedisiplinan. Kedisiplinan mampu memelihara siklus kebaikan meski ketika kita telah merasa letih pada nasabah, pelanggan dan konsumen.
Seperti Allah, yang selalu tak bosan menumbuhkembangkan dedaunan hijau, merontokkan helai daun dan kelopak bunga yang layu. Melahirkan yang tumbuh, mendatangkan kematian. Tiada lelah mengiringi sifat-Nya.
Dalam bisnis, membangun sebuah usaha adalah kemampuan memelihara sistem yang telah ada, dan senantiasa selalu meningkatkannya. Inilah beda antara sistem pengelolaan manusia yang harus selalu ditingkatkan, dengan sistem manajemen Allah yang maha sempurna. Merujuk ke Q.S. Ar Rahmaan ayat 1-13, maka pebisnis yang baik sejatinya harus menyimak makna yang terkandung di dalamnya. Yakni, pebisnis harus bersifat rahmaan (kasih sayang), memerhatikan hukum alam, menciptakan produk/jasa yang unggul, dan memiliki nilai yang sesuai dengan fitrah. Dibutuhkan pula keteraturan dan keseimbangan, tunduk patuh pada sistem perusahaan yang telah ditetapkan dan tingkatkan terus kualitas dengan berpegang pada hukum alam.
Selain itu, jangan pernah keluar, apalagi meruntuhkan keseimbangan, bersikap adil, jujur dan penuh perhitungan, menyiapkan bumi sebagai fasilitas pelayanan, dan tampilkan dengan indah produk & jasa Anda. Ingat, jangan pernah berhenti menampilkan keindahan dari produk/jasa Anda. Terakhir, nikmat mana kah dari Tuhanmu yang kau dustakan?
Demikianlah gambaran sebuah usaha/bisnis yang berbasis pada keseimbangan alam. Ia adalah rona keindahan sifat-sifat Ilahiah yang dipersonifikasikan sebagai kelopak mayang serta putik bunga inovasi dan ide kreatif yang menggayut teguh di tangkai batang sistem pengaturan alam semesta yang kokoh. Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzdzibaan.***

Baca selanjutnya ..
Renungan Cinta

Seperti sebuah hidayah,
KEBAHAGIAAN itu kita kejar, jangan di tunggu

Jika membicarakan kebahagiaan, tentu kita ingat juga kata cinta. Sebab kebahagiaan identik dengan keberadaan cinta. Kita harus mengetahui diri sendiri, apa yang membuat kita merasa bahagia.
Sebab, kebahagiaan harus kita sendiri yang membuat, bukan kita yang mencarinya.
Pabrik kebahagiaan berada di dalam sanubari kita sendiri. Percuma Anda pergi ke ujung dunia untuk mencari kebahagiaan. Kebahagiaan tak akan Anda dapatkan di mana pun, kecuali Anda yang membuat diri berbahagia di mana pun dan kapan pun.
Faktor yang paling penting untuk membuat kita tetap sehat, sejahtera, dan bahagia, adalah mencintai dan merasa dicintai.
Bersikaplah realitis dan rencanakan sejumlah mukjizat untuk diri sendiri dan merasakan kebahagiaan itu datang dan terjadi pada kita, sebab cinta itu perlu keutuhan tubuh, pikiran, dan jiwa.Cinta seperti segala sesuatu lainnya adalah sebuah pilihan.
Pada setiap saat dalam perjumpaan dengan orang lain, atau dalam setiap pikiran tentang diri kita sendiri, kita memiliki suatu pilihan: entah untuk menghakimi atau coba untuk mengerti terhadap apa yang sedang dihadapi, yang harus dijalani, dan yang akan direncanakan.
Energi Cinta
Cinta adalah energi. Rasakan energi itu mengalir ke dalam bagian tubuh kita, maka kita merasakan satu kehangatan, kedamaian, dan kebahagiaan, memasuki tubuh dan sanubari.
Dan energi cinta itu tidak harus selalu kita dapatkan dari luar.
Justru yang paling manjur adalah cinta yang dihasilkan dari diri kita sendiri.
Dengan mencintai dan jujur pada diri kita sendiri tentang arti cinta, maka kita tidak akan menyia- nyiakan cinta yang sudah ada dan ber- tumbuh dalam diri kita. Itulah awal pabrik kebahagiaan berproduksi dalam hati.
Sering terjadi pada banyak pasangan yang menyia-nyiakan perasaan cinta, yang tadinya menjadi suatu awal untuk keputusan hidup bersama. Kita sering lengah untuk memelihara cinta tersebut.
Cinta yang dalam adalah dalam bentuk kasih sayang yang bisa kita ibaratkan seperti sebuah otot dalam tubuh kita, semakin dilatih dan dipelihara, maka akan jadi semakin kuat dan semakin bermanfaat untuk melancarkan gerakan dalam hidup.
Pada saat cinta mulai memudar dan perlahan tapi pasti kasih sayang terhadap pasangan mulai menghilang, maka kita baru sadar bahwa selama ini kita tidak menghargai keberadan cinta pasangan kita.
Di saat kita memiliki penuh, justru kita sia-siakan! Tetapi, di saat kita mulai merasa terancam kehilangan, kita berusaha mati-matian untuk mendapatkan pengakuan bahwa dia harus tetap menjadi milik kita!
Sayangnya, dalam berjuang mempertahankan atau mencoba mengembalikan cinta pasangan, yang banyak terjadi adalah kita tidak kembali merebut cinta dengan cinta. Kita salah langkah, salah bertindak, juga salah mengadaptasikan kembali cinta itu pada keharmonisan hubungan.
Maka, yang terjadi adalah cinta semakin jauh untuk dikembalikan, semakin jauh untuk diraih, karena kita membuat hubungan menjadi semakin membara dengan argumentasi yang mau menang sendiri, dengan amarah yang panas dan membuat cinta menjadi hanya legenda yang pernah ada dalam hubungan sebagai pasangan. Cinta musnah dibakar api amarah dan cemburu.
Mudah Sirna
Kenapa cinta yang membawa kebahagiaan pada pasangan menjadi begitu mudah sirna? Cinta yang demikian cepat pudar dan akhirnya lenyap dimakan waktu, antara lain adalah cinta yang diawali kata “karena” atau kata “kalau”.
Cinta bisa abadi dan penuh toleransi jika sudah melebur dan berubah menjadi cinta dimulai dengan kata “walau” atau “walaupun”.
Contoh cinta yang diawali kata “karena” adalah “Karena kamu cantik, maka aku mencintaimu!” Kemudian, “Karena kamu seorang direktur, maka saya mencintaimu!”
Lalu, contoh cinta yang diawali kata “kalau” adalah “Kalau kamu cinta saya, maka kamu seharusnya memenuhi kebutuhan saya!”atau “Kalau kamu cinta saya, maka kamu selalu memperhatikan saya!”
Nah, bandingkan bunyi kalimat cinta yang diawali kata “walau”.
“ Walaupun hidup kita kekurangan, tetapi saya tetap mencintaimu!”Begitu juga dengan, “Walau kamu sekarang di-PHK, saya tetap mencintaimu!” atau “Walau sekarang kulitmu sudah keriput, aku tetap mencintaimu!”
Banyaknya pasangan yang membekali diri untuk hidup bersama dengan cinta berawalan “karena” dan “kalau”, maka keluhan yang paling sering terdengar dalam ruang konsultasi adalah “serumah, tapi terasa asing” dan “setempat tidur, tapi tidak tertarik lagi”.
Cinta “karena” dan cinta “kalau” mudah pudar dan luntur. Berbeda dengan cinta “walau” yang penuh toleransi, penuh pengertian, bahkan penuh maaf atas apa yang terjadi pada pasangan kita.
Kita mampu berkata, “Walau kamu menyakiti saya, tetapi saya tetap menyayangimu.”
Pilihan ada pada diri kita sendiri, mau berbahagia ya berusahalah dan berjuanglah dalam membuat kebahagiaan itu di sanubari kita.
Sebab, kebahagiaan itu merupakan energi yang menular. Kita tidak bisa membuat orang di lingkungan kita berbahagia, tanpa diri kita sendiri bahagia.
Bagaimana kita mau membuat orang di sekitar tersenyum, jika kita sendiri tidak mampu tersenyum karena hati penuh energi busuk yang dihasilkan dari amarah, rasa benci, jengkel dan merasa dipermainkan, dan sebagainya? ......

Baca selanjutnya ..
Launching Blog --- Feryanto Hadi S

Asalamalaikum.
Sujud sukur kehadirat Allah SWT yang masih meniupkan nafasnya kepada hamba-Nya ini. Sholalat serta salam kami haturkan kepada Nabi Besar Sayyidina wa Maulanaa Muhammadin Rasulillah, manusia yang patut di contoh bagi semua makhluk yang ada di dunia...
Terimakasih kepada temanku semua yang berada diatas bumi ini, khususnya tbc88 yang telah membantu dalam pembutan blog ini...
baik berupa benda nyata atu tidak nyata.
dan juga untuk seorang (YAR) yang akan senantiasa dalam ingatan hati:-)
Dan yang tak lupa my parent & family.....i do love u....
Smoga blog ini bisa bermanfaat fiddunia wal akhirat....
Amien....

Baca selanjutnya ..


Resensi: Buku "Cantik Tanpa Lipstik "
penulis : Feryanto Hadi
ISBN : 979-24-994-3
harga : Rp. 30.000

Kecantikan sesungguhnya bukan kemolekan tubuh belaka, tetapi dia itu yang selalu bersembunyi dalam taman hati yang terindah.
Akankah demikian? Cantik fisik di era pencitraan ini masih saja menempati peringkat dominan. Postur tubuh langsing semampai, bodi mulus, paras elok dengan gincu warna-warni, serta atribut kasatmata lainnya merupakan representasi wanita hebat. Deretan kriteria tersebut bermuara pada sebuah predikat: sexy.
Selalukah wanita identik dengan mainstream seperti itu?
Cantik Tanpa Lipstik Seperti Siti Khadijah mengajak Anda menemukan makna sebenarnya tentang wanita sempurna, cantik luar dalam yang mampu memberdayakan segala potensi kesempurnaan dengan berpedoman pada jiwa teguh, akidah puguh, akhlak teduh, dan akal lurus.
Bacaan religi populer ini mencontohkan kehebatan seorang janda kaya yang diperebutkan banyak lelaki untuk dijadikan istri. Walaupun telah dua kali menjanda, sosok ini tetap kharismatik. Mereka saling berebut kesempatan untuk mencoba mendekati wanita tersebut dengan beragam rayuan. Ini tidak aneh karena wanita tersebut memiliki pribadi luhur dan berakhlak mulia. Dialah Siti Khadijah, istri Rasulullah saw. Wanita di zamannya digelari sebagai ”yang suci” ini merupakan sosok yang mempunyai daya pikir tajam, lapang dada, kuat cita-citanya. Ia pedagang kaya yang suka berbuat baik serta menolong orang-orang yang hidup dalam kekurangan. Ia sangat penyantun kepada orang-orang lemah. Dari banyaknya pinangan, Khadijah menolak dengan bijaksana dan halus. Ia memberikan alasan dengan jelas dan tutur kata lembut sehingga laki-laki yang ditolak tidak tersinggung dan hubungan selanjutnya akan tetap baik.
Buku ini menawarkan beragam tuntunan bagi wanita, dari yang masih remaja sampai yang telah berkeluarga; dari ibu rumah tangga hingga wanita karier.
Wanita idealnya berwawasan, kuat, dan beretika. Stigma wanita merupakan makhluk kelas dua, kedudukan di dunia tak ada nilainya, dan tidak memiliki kemampuan setara laki-laki mesti ditepis oleh kelebihan-kelebihannya sebagai makhluk yang penuh kelembutan, kasih sayang, penuh empati. Wanita berilmu sangat dekat dengan pintu kesuksesan. Pikiran yang cerah dan cerdas akan membawa seseorang menikmati hidup lebih baik. Wanita mumpuni mesti percaya diri. Salah satu prinsip wanita sukses adalah kepercayaan diri yang selalu ditanamkan dalam keseharian.
Buku ini mengingatkan kaum wanita agar tidak boros, tidak membelanjakan uang secara berlebihan. Tidak juga membeli barang-barang yang kurang bermanfaat dalam penggunaannya. Sikap boros biasanya kental dengan nuansa penuh gengsi dan kesombongan. Ya, sebuah gaya hidup konsumerisme yang menggurita di negeri ini yang celakanya selalu saja diekspose oleh media, salah satunya lewat sinetron.
Bagaimana seorang wanita menjadi istri? Istri mesti senantiasa menghormati suami, dalam keadaan duka maupun ceria. Wanita yang selalu mempergauli suaminya dengan baik dan taat. Ia juga harus selalu menemani setia dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang penuh kasih sayang. Dialah sosok idaman yang tidak ”menghadirkan” suami ke dalam nuansa ”suami-suami takut istri”.
Di akhir pembahasan, buku ini menyuratkan emansipasi wanita. Wanita tetap harus berkiprah di ranah publik. Wanita tidak hanya sebagai pelengkap hidup atau hiasan yang sebatas dinikmati kaum adam. Wanita sangat berhak menduduki jabatan tertentu dalam berbagai kehidupan. Peran ini pun sudah ada sejak zaman kenabian. Banyak wanita, di era itu, berkecimpung di bidang sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya; menjadi aktivis perempuan, praktisi politik, hingga petani sukses. (Kompas, Rabu 7 Mei 2008)

Baca selanjutnya ..
Powered By Blogger

  • Foto saya
    DKI Jakarta
    Wartawan di harian Warta Kota, Kompas Gramedia. Follow @FeryantoHadi

    Total Tayangan Halaman

    Pengikut Blog


    waktu jualah yang akan menghentikan pengembaraan singkat ini